Selingkuh

 

Tempelan nomor meja ini saya jumpai di salah satu rumah makan yang lumayan terkenal di Kota Makassar.  Ini benar2 sangat menarik perhatian saya, Jasa Detektif Perselingkuhan.

Jasa Detektif Perselingkuhan memang bukan barang baru. Googling aja, buanyak banget ternyata jasa detektif swasta yang ada di Indonesia, pun di Makassar. Beberapa di antaranya bahkan memang mempunyai spesialisasi di bidang perselingkuhan ini.

Walaupun bukan hal yang baru, tapi saya yakin tidak semua orang ngeh dengan adanya jasa semacam ini. Kalau saya perhatikan berbagai bentuk promonya, kehadiran jasa detektif swasta ini biasanya dicitrakan sebagai sesuatu yang premium dan secret, Jadi, sejujurnya,,saya shock dengan tempelan promo detektif swasta di resto yang saya jumpai itu. Di tengah budaya kita yang sangat menghormati privacy keintiman dan ikatan pernikahan, iklan ini rasanya terlalu VULGAR. Menggelitik, saya penasaran, sesuatu yang  biasanya privat, bergeser seolah-olah ini menjadi suatu jasa yang sudah lumrah. Tapi mengapa di Makassar? 

Melihat iklan tadi, saya jadi ingat, kebetulan si Papa orang Bugis (di Kota Makassar, dominasi penduduk adalah etnis Bugis dan Makassar). Waktu dulu menjelang nikah, banyak kerabat yang becandain saya, mereka bilang BUGIS itu singkatan dari Banyak Uang Ganti IStri, jadi saya mesti hati-hati. Eh, gak cuman itu, ada juga yang bilang BUGIS : Banyak Uang inGIn Selingkuh😂. 

Gurauan tersebut tentu saja hadir bukan tanpa alasan. Menurut saya, ini juga gak lepas dari budaya uang panaik yang berlaku di masyarakat Bugis. Uang panaik, sejatinya adalah semacam mahar yang disyaratkan oleh calon mempelai wanita (dan tentunya dengan banyak campur keluarga besarnya) kepada calon mempelai pria untuk dapat meminang wanita tersebut. Yang jadi masalah, uang panaik ini biasanya ditetapkan lumayan tinggi, sehingga seringkali dirasa memberatkan sang calon mempelai pria. Uang panaik umumnya dikaitkan pula dengan gengsi suatu keluarga, semakin berkelas sang calon wanita, maka semakin mahal pula harganya. Semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi gelarnya,  kebangsawanannya, semakin bagus pekerjaannya, maka semakin mahallah uang panaiknya. Bahkan, konon, uang panaik ini nilainya bisa sampai miliaran lho. Walaupun kadangkala bisa dinegosiasikan besarannya, namun uang panaik ini seolah-olah seringkali seperti harga mati. Iya, atau gak usah sama sekali😅. 

Masalah 'harga' ini yang akhirnya seolah-olah menjadikan adanya transaksi dalam proses pinang meminang. Sang wanita seolah-olah 'dibeli' dengan uang panaik yang telah diberikan oleh si pria. Jadi, bisa dipahami kan, mengapa ada akronim2 BUGIS di atas,,kalau banyak uang,,ya beli lagi lahhhh.😂


--disclaimer mode on---tidak bermaksud menyingung etnis tertentu--sekedar bercerita tentang gurauan yang pernah saya pahami saja--





Komentar