Auditour #2 : Percaya Gak Percaya

 


Pernah kecelakaan saat bertugas? Terdengar heroik ya. Sayangnya kisah saya ini bukan tentang terluka saat bertugas, tapi terluka saat piknik di tempat tugas.

Suatu ketika, saya ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan di Pemeritah Kabupaten Selayar, suatu kabupaten kepulauan di kaki Pulau Sulawesi. Namanya kebupaten kepulauan, tentu saja banyak pulau, banyak pantai, dan tempat menarik-menarik lainnya yang sangat eksotik untuk dikunjungi.

Tugas pemeriksaan kami saat itu berlangung selama 30 hari. Supaya tidak terlalu penat, maka suatu hari seusai cek fisik kami memutuskan bersantai sejenak pergi ke salah satu pulau kecil, menikmati keindahan pantai, sambal bakar-bakaran ikan.

Saya lupa apa nama pulaunya. Yang saya ingat pulau itu tidak terlalu jauh dari Kota Benteng, ibu kota Kabupaten Selayar. Kami cukup menempuhnya dengan naik kapal sekitar 30menitan. Atas rekomendasi teman-teman pemda, spot berhenti yang kami pilih saat itu bukan pantai dengan pasir putih seperti biasanya, namun kami berhenti di sebuah tebing yang agak tinggi. Setelah kapal bersandar, kami masih harus sedikit tracking, loncat, dan memanjat untuk mencapai area bakar-bakaran yang telah ditentukan.

Keren,,lelah perjalanan terbayar dengan suguhan pemandangan laut yang indah di hadapan kami. Segera setelah sampai lokasi, sambal menikmati pemandangan, kami segera membongkar amunisi ransum untuk diolah dan dinikmati. Nikmattt,,

Singkat cerita, setelah kenyang saya memutuskan sedikit berjalan-jalan. Pulau yang kami pilih itu memang keren. Banyak sekali spot cantiknya. Mata saya tak lepas dari laut, sehingga akhirnya saya abai memperhatikan langkah saya. Dan arghhh,,,,tidak sengaja saya keserimpet tali sepatu sandal saya yang memang tidak saya rekatkan erat. Sayapun terjatuh. Lumayan menegangkan saat itu, karena hampr saja saya terperosok di jurang. Namun beruntung, saya masih selamat. Tapi,,,owhh,,kaki kanan saya sakit sekali, tidak bisa digerakkan.


Sakit sekali, tapi mau tidak mau saya harus segera dievakuasi. Beruntunglah waktu itu, ada teman-teman yang membantu menggendong saya untuk turun tebing menuju kapal untuk segera menuju ke darat. Hehehe,,,maafkan saya temans,,saya tau, dengan berat saya yang waktu itu hamper 80kg, pasti berat sekali perjuangan kalian mengevakuasi saya untuk menuju ke perahu.

Atas rekomendasi teman-teman pemda, tim membawa saya ke seorang “dukun pijat’. Dukun pijat yang saya temui saat itu adalah seorang nenek-nenek, mungkin umurnya sudah lebih dari 70 tahun. Melihat kaki saya yang bengkak, saat itu si nenek tidak melakukan apapun, hanya menyentuh perlahan kaki saya, dan memberikan semecam ramuan yang dititipkan ke orang pemda. Karena saat itu mereka bercakap-cakap dengan dengan Bahasa daerah setempat, saya tidak tau apa yang mereka bicarakan. Orang pemda yang waktu  berbicara dengan si nenak kemudian meneruskan pesan si nenak kepada saya, bahwa nanti malam saya harus membalurkan ramuan yang diberikan si nenek ke kaki saya yang sakit. Nanti, si nenek akan mengobati kaki saya dari jarak jauh, namun dengan catatan, si nenek hanya bisa melakukan pengobatan tersebut apabila ramuan yang diberikan kepada saya dijaga dengan baik, tidak boleh diletakkan di bawah, dan dilarang keras untuk dilangkahi. Hwuahh,,apa pula itu?! Otakl saya sebenarnya tidak mampu mencerna apa yang disyaratkan oleh si nenek tersebut, tapi biarlah, malam itu ramuan tersebut tetap saya balurkan di kaki, dan saya tertidur. Yah,,siapa tau memang ada khasiat-khasiat tertentu di ramuan tadi yang bermanfaat untu kaki saya. Siapa tau? Hehehe

Malam itu saya tidur gelisah. Sakit sekali kaki saya. Nyut-nyutan tiada tara. Apa kabar pesan si nenak? Entahlah. Yang jelas bahkan sampai keesokan harinya rasanya sakitnya masih luar biasa walaupun saya sudah bisa menggerakan kaki saya dan sedikit berjalan walaupun terpincang-pincang.

Untungnya pertolongan selanjutnya segera datang. Kali ini yang dating fisioterapis dari RSUD. Wuih,,lega saya, akhirnya ditangani oleh orang yang tepat. Pertolongan pertamapun segera dilakukan, dan kaki saya pun dibalut dengan kain elastis, untuk kemudian dijadwalkan untuk segera dilakukan rontgen di RSUD secepatnya.

Eh, tapi cerita belum berakhir, siangnya, salah seorang pegawai pemda datang ke hotel tempat saya menginap bersama dengan seorang Bapak yang menurut orang pemda tersebut mempunyai metode pengobatan alternative untuk mengobati cidera seperti yang saya alami. Baiklah, karena menghargai bantuan yang ditawarkan, saya iyakan saja orang tersebut untuk mengobati kaki saya. Si Bapak pun mulai bekerja. Kaki saya dipijat dan diurut, sambil menyuruh saya untuk melakukan bererapa gerakan. SI Bapak bilang, kaki saya ini bukan keseleo, tapi ada tulang yang patah. Hah,, masa sih? Kalau patah saya yakin rasanya akan sakit sekali kalau digerakkan. Tapi  saya bisa kok melakukan beberapa gerakan, jalan pelan-palan juga bisa,  masa sih ada tulang yang patah??

Yang menarik dari pengobatan yang dilakukan si Bapak adalah beliau membuat semacam ramuan. Ramuannya diracik di depan saya. Isi ramuan tersebut adalah parutan jahe dan garam. Itu saja. Ramuan itu dibalurkan ke kaki saya yang sakit. Rasanya saat itu kaki saya sangat hangat. Nyaman sekali.

Besoknya, akhirnya saya pergi ke RSUD untuk merontgen kaki saya yang cidera. Dan hasilnya, benar, Tulang betis (fibula) saya patah. Wew,,keren juga ya si Bapak kemarin. Tepat sekali prediksiya.

Tulang yang patah, normalnya harus segera digips atau kalau perlu harus dioperasi. Tapi,,oh sayangnya ,di kabuoaten tersebut, tidak ada dokter spesialis ortopedia. Jadi, terpaksa tidak ada tindakan yang dilakukan untuk kaki malang saya ini. Saya harus ke kembali ke kota. Tapi, dengan melihat kondisi rontgen kaki saya, petugas medik yang bertugas saat itu lumayan takjub, kok bisa2nya saya masih bisa menggerakan kaki dan walaupun dengan bantuan tongkat, masih bisa jalan2. Heheheh,,entahlah, saya juga tidak tau kenapa bisa begitu.

Dan hari-haripun berganti, karena merasa baik-baik saja dan karena tanggung jawab pemeriksaan tetap harus dilakukan, maka sayapun tetap melanjutkan tugas pemeriksaan saya. Kaki saya, setiap hari secara bergantian fisioterapis dari rumah sakit dan si bapak dengan metode pengobatan alternatifnya datang secara bergantian. Sebenarnya, gak enak juga sih saya sama sang fisioterapis. Karena secara medis, beliaunya sudah menjelaskan bahwa sebaiknya kaki saya tidak diurut ataupun dipijat lagi. Hehehe,,tapi biarlah, saya penasaran juga sebenarnya dengan metode alternative yang dilakukan si bapak.

Beberapa hari pengobatan, hal-hal yang dilakukan si Bapak tetap sama. Sedikit memijat, menyuruh saya berlatih berjalan, dan membalurkan ramuan. Yang menarik, kira-kira seminggu pengobatan berjalan, si bapak mengubah takaran ramuannya. Dan hasilnya, kalau kemarin kaki saya terasa hangat, setelah komposisi ramuan diganti, kaki saya tak lagi hangat, tapi sangat dingin rasanya. Seperti es. Tapi herannya, kalau saya dekatkan tangan saya ke kaki yang dibalur, rasanya seperti ada uap hangat di tangan saya. Ajaib. Hehehe

Demikian pengobatan yang saya jalani sampai akhir waktu pemeriksaan. Dan hasilnya, saat kami kembali ke Makassar, saya lumayan sudah bisa berjalan tanpa tongkat lagi, hanya cukup dibebat dengan kain elastis, walaupun masih pelan-pelan. Rasanya sudah tidak begitu sakit lagi. Alhamdulillah.

Setalah saya tiba di Makassar, karena tau anaknya cidera, Mama Papa saya menengok saya ke Makassar. Mama akhirnya memaksa saya untuk kembali ke dokter untuk memeriksa cidera kaki saya. Okelah. Saya ke dokter. Kaki saya dirontgen lagi. Dan,,,saya dimarahin Pak Dokter. Hehehehe. Pak Dokter menjelaskan, memang tulang yang patah sudah tidak terlalu parah kondisinya. Saya beruntung katanya. tulang yang patah memang akan nyambung lagi suatu saat. Tapi perlu waktu. Maka sebenarnya, yang harus dilakukan adalah mengistirahatkan kaki, supaya sambungan tulangnya tetap berada di posisi yang benar. Jangan malah dipake jalan-jalan. Hehehehe

Selain itu, Pak dokter juga menjelaskan, saya sangat beruntung tulang saya yang retak sambungannya cukup bagus.Tapi,,,karena harus lebih bekerja keras menopang beban saat beraktivitas, otot yang menghubungkan antara kaki dengan telapak kaki saya kalah. Terjadi peradangan dan agak renggang. Kalau dibiarkan bisa bahaya, Jadi, dokter bilang saya harus mengistriahatkan otot tersebut. Dan hari itu juga, kaki saya digips. Hehehe,,lucu memang, tulang yang patah, tapi gips yang saya pakai bukan lagi untuk menyelamatkan tulang, tapi otot yang ternacam ikutan cidera. Hehehehe

Sampai saat ini, pengalaman cidera saat bertugas tersebut benar-benar masih menjadi misteri. Saya biasanya tidak terlalu percaya dengan segala pengobatan “alternative” diluar medis. Tapi dengan pengalaman saya masih bisa berjalan-jalan dengan kondisi yang saat itu demikian, apa memang itu semua karena pengobatan ‘ajaib’ si nenak dan metode alternative si Bapak itu ya?

Komentar