IN vs ON the Business

Berbicara mengenai kepemimpinan, saya tertarik dengan hal-hal yang diulas pada artikel berjudul "3 Leadership Practices To Prioritize Your Time And Energy" pada tautan berikut

https://www.forbes.com/sites/tonygambill/2021/08/25/3-leadership-practices-to-prioritize-your-time-and-energy/?sh=7fd294bf14ff

Pada tulisan tersebut, secara singkat, terdapat beberapa hal yang perlu dipelajari oleh seorang pemimpin untuk dapat mengoptimalkan enerqi dan waktunya, salah satunya adalah mengenai konsep IN vs On the Bussiness yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin.

Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa banyak pemimpin yang cenderung untuk menghabiskan pada hal-hal berkaitan dengan IN bussiness. Apa itu? Kegiatan IN the Bussiness adalah kegiatan-kegiatan yang perlu diselesaikan segera, mungkin saja sifatnya penting, namun hal tersebut biasanya terkait hal-hal yang sifatnya rutin. Pekerjaan tersebut akan selalu ada dan apabila tidak dikendalikan, maka energi dan waktu seorang pemimpin akan banyak tersita hanya untuk mengurusi hal-hal tersebut. Hasil dari pekerjaan dari sesuatu yang bersifat In the Business biasanya hanya menyelesaikan masalah dalam jangka pendek, tidak bertahan lama.

Tidak lagi berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan IN the Business, seorang pemimpin seharusnya lebih memprioritaskan waktu dan energinya untuk hal-hal berkaitan dengan ON the Bussiness, yaitu terkait dengan hal-hal yang bersifat strategis dan mampu menciptakan sukses dalam jangka waktu yang lebih lama. Apa saja? hal-hal tersebut terkait dengan membangun relationship yang baik antara anggota tim, membangun iklim inovasi dan perbaikan yang berkelanjutan, membangun network dan partnership, serta kegiatan peningkatkan kapasitas organisasi lainnya. Hal-hal tersebutlah yang seharunya menjaadi fokus energi dan waktu bagi seorang pemimpin.

Namanya juga membangun hal-hal yang bersifat strategik dan long term, tentu saja memang pengorbanan dan usahanya juga harus lebih besar. Saya jadi teringat pada salah satu drama korea yang beberapa waktu lalu sempat saya tuntaskan menontonnya.

Judulnya WWW, sesuai judulnya, memang drama korea ini bercerita seputar industri portal web. Drakor ini sudah tayang sejak tahun 2019, tapi sejujurnya saya nonton drakor ini baru beberapa waktu yang lalu karena tertarik ada Jang Ki Yong menjadi salah satu pemerannya. hehehehe

Terlepas dari mas Jang Ki Yong yang cute itu, drakor ini menarik sekali buat menggambarkan sesuatu yang ON the Business tadi.

Singat cerita, drama ini bercerita tentang persaingan dua industri portal web raksasa di Korea Selatan, Ta-Mi seorang manager di salah satu perusahaan portal Web tersebut diceritakan dipecat dengan tidakhormat karena suatu kesalahan yang sebenarnya bukan sepenuhnya salahnya. Boleh dibilang, Ta-Mi ini hanya sebuah korban politik saja. Tapi Ta-Mi ini memang kompeten. Untuk itu, beberapa saat setelah dia dipecat, perusahaan kompetitor langsung merekrut Ta-Mi untuk masuk dalam perusahaannya, dengan satu misi : harus mengalahkan rating perusahaan lawan (perusahaan Ta-Mi yang lama) hanya dalam waktu enam bulan. Inilah awal keseruan ceritanya, bagaimana Ta-Mi melakukan segala upaya untuk dapat mencapai misi tersebut hanya dalam waktu 6 bulan.

Ada hal-hal menarik yang cukup berkesan untuk saya, terutama terkait hal-hal yang dilakukan oleh Ta-Mi dalam membangun team relationship yang solid. Pada cerita tersebut dikisahkan bahwa untuk menjalankan misi tersebut Ta-Mi diberikan jabatan sebagai pemimpin tim yang khusus dibentuk untuk tujuan mengalahkan rating perusahaan lawan. Tim berisi orang-orang terbaik pada perusahaan tersebut, sedangkan Ta-Mi sebagai orang baru, datang hanya membawa dua orang kepercayaannya. Jadi, bayangkan saja bagaimana penolakan dari anggota tim lain yang notabene orang-orang lama (Hey,,,siapa eluuu??orang baru berani-beraninya ngatur-ngatur kami? --mungkin begitu ilustrasinya. 😁). 
Untuk membangun relationship, maka Ta-Mi menyelenggarakan semacam kegiatan heart to heart antara dirinya dengan tiap pegawainya. Setiap harinya, secara bergiliran Ta-Mi meminta pegawainya untuk berbicara dengannya selama satu jam, personally. Hanya berdua. Apa saja boleh diceritakan, apa saja, baik pekerjaan maupun bukan pekerjaan. Hehehe,,ternyata tidak mudah ya. Di beberapa adegan digambarkan baik Ta-Mi maupun pegawainya sama-sama mati gaya, Tidak tau apa yang harus dibicarakan. Tapi sesi tetap saja harus berjalan, demi membangun rasa percaya antara dirinya dengan para pegawainya.
Hal baik lainnya adalah bagaimana dia mau mengakui keterbatasannya dan meminta para bawahannya untuk mendukungnya. Pada satu adegan diceritakan salah seorang pegawai andalannya sedang galau karena ditawari pekerjaan lain yang jauh lebih tinggi penghasilannya. Pada awalnya, pada saat pegawai tersebut menyampaikan kegalauannya, Ta-Mi berkata bahwa dirinya akan mendukung keputusan stafnya tersebut karena hal tersebut baik bagi perkembangan karier stafnya. Namun, setelah direnungkan, Ta-Mi berubah pikiran. Ta-Mi kemudian mendatangi rumah stafnya khusus untuk meminta staf tersebut untuk tinggal, karena dia sangat dibutuhkan di perusahaan tersebut. Ini salah satu momen peling mengharukan di drama tersebut menurut saya. Kehadiran Ta-Mi khusus datang ke rumah sang pegawai menjadikan si pegawai merasa sangat terharu, dan memutuskan untuk tinggal. Ini benar-benar luar biasa, betapa kehadiran Ta-Mi benar-benar menjadi suatu penghargaan luar biasa bagi staf tersebut, sehingga dia merasa sangat istimewa. Bukankah memang itu kodratnya manusia? Selalu haus dengan penghargaan? Maka di masa depan, adanya penghargaan tersebut akan meningkatkan loyalitas pagawai kepada perusahaan.
Suasana empowerment juga sangat terasa dalam pola kepemimpinan Ta-Mi. Bagaimana dia sangat percaya kepada kemampuan timnya, mempercayakan pengembangan sampai dengan eksekusi inovasi kepada tim, memutuskan banyak hal melalui berbagai diskusi panjang dengan melibatkan seluruh tim, bahkan memberikan perhatian khusus kepada pegawai baru yang tertarik pada suatu bidang tertentu untuk semakin mengembangkan dirinya.
Hal lain yang menarik adalah bagaimana pola-pola pembelajaran yang diterapkan pada tim tersebut. Setidaknya saya melihat ada pola coaching yang dicontohkan, yaitu dengan cara-cara Ta-Mi memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulus untuk membangkitkan ide dan motivasi pegawainya, dan ada kegiatan mentoring, yaitu dengan menugaskan staf senior untuk menjadi mentor kepada pegawai baru.

-------------------Ada yang udah nonton juga?  Kalau menurut kamu, apa hal-hal menarik lainnya? 





Komentar