Budaya Kerja, Solusi atau Ilusi?

 16 Agustus 2021 kemarin, saya mengikuti rangkaian acara Parade 17 Jam NonStop Narasumber AKN VI. Keren, konsep acaranya bagus, semangatnya bagus, narasumbernya bagus,,

Kali ini saya tidak akan membahas jalannya acara ataupun materi dari para narasumber yang disampaikan non stop selama 17 jam dari jam 7.00 WIB sd 00 WIB (salut,,,17 jam dan acaranya tetap meriah). Ada satu sisi menarik yang secara pribadi membuat saya terharu sekaligus bersemangat, Ini tentang budaya kerja.

Sejak tahun 2020 kemarin, kami di Itama, oleh karena adanya tuntutan Reformasi Birokrasi dan Zona Integritas, mulai mengkampanyekan pengembangan budaya kerja di lingkungan satker di BPK. Lumayan bagus progressnnya. Setidaknya lebih dari 80% satker yang ada di BPK saat ini sudah punya budaya kerja. Ini yang menarik. Sepanjang acara kemarin, rasanya tidak berhenti teriakan semangat budaya kerja tersebut terus bergema lewat chat room di aplikasi zoom. Sungguh rasanya saya ikut jadi semangat di dalamnya.

Teorinya, budaya kerja adalah merupakan hasil dari proses internalisasi nilai-nilai dasar BPK (integritas, independen, dan profesionalisme) pada pelaksanaan pekerjaan sesuai fungsi yang dijalankannya masing-masing. Hasil internalisasi tersebut diekspresikan dalam perilaku kerja sehari-hari dan merupakan sikap mental yang dikembangkan untuk selalu mencari perbaikan, penyempurnaan dan/atau peningkatan terhadap apa yang telah dicapai. Oleh karenanya, budaya kerja pada setiap satuan kerja di BPK memungkinkan berbeda satu dan lainnya.

Teorinya begitu,,tapi akhirnya, buat saya pribadi, hal tersebut menjadi suatu bahan perenungan, bahwa budaya kerja yang dikembangkan tersebut apakah memang benar-benar solusi untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi, atau sekedar ilusi? Ilusi, hanya sebagai jargon semata, tanpa tau bagaimana implementasi dan dampaknya pada suatu organiasi.

Tapi di tulisan ini saya gak mau pesimis. Teringat dengan paparan Pak Kalan Sulsel waktu Workshop Budaya Kerja tanggal 29 Juli yang lalu.

Buat yang penasaran, ini saya kasih link paparannya ya. semoga masih aktif  dan bisa dibuka. Pak Kalan Sulsel,,saya ijin share paparannya yaa,,hehehe

https://prezi.com/view/DBtNkEXQppNkmsGm9IdN/


Ini cover depan paparannya pak Kalan Sulsel waktu itu. From Sketch to Happy

Perwakilan Sulawesi Selatan, merumuskan budaya kerjanya yang diberi tagline Jappa-Jappa. Kalau dipanjangin, Jappa itu sendiri adalah singkatan dari Jujur, Amanah, Perilaku Profesional, dan Asertif. Jappa-Jappa sendiri adalah bahasa bugis, yang artinya adalah Jalan-Jalan.

Jadi apa kaitannya? Jappa-jappa atau jalan-jalan pasti sesuatu yang identik dengan rasa senang. Menurut Pak Kalan Sulsel, itulah budaya kerja yang ingin dibangun di Perwakilan Sulsel. Bahwa budaya kerja yang dibangun diharapkan dapat memberikan kenyamanan kerja bagi seluruh pegawai, sehingga sikap yang jujur, amanah, perilaku profesional, dan asertif akan tumbuh di dalam diri setiap pegawai.

Apa bentuk konkretnya? Salah satu yang dijelaskan oleh Pak Kalan Sulsel adalah dengan dibangunnya berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas olahraga, Tempat Penitipan Anak. Employee Care Centre, dan Poliklinik. Hmm,,sekilas tampaknya biasa aja ya? Semua satker di BPK juga punya. Apa hebatnya?

Hebatnya adalah, seluruh fasilitas tersebut dirancang untuk memberikan kenyamanan kerja sehingga etos kerja yang ingin dituju dapat tercapai. Contoh gampangnya misalnya, mengapa harus ada Tempat Penitipan Anak? Karena mereka paham sekali bahwa sebagian besar pegawainya adalah keluarga muda pendatang (bukan asli Makassar) yang umumnya mempunyai masalah terkait dengan pengasuhan anak ketika orang tuanya  bekerja. Maka dibuatlah Tempat Penitipan Anak di belakang kantor. Dengan niat tersebut, sejak awal, telah dibayangkan dampak apa yang ingin dituju dari kegiatan yang dilakukan. Maka dirancanglah indikator pengukurannya, yaitu dapat dilihat tingkat keterlambatan pegawai sebelum dan sesudah adanya Tempat Penitipan Anak. 

Jadi logika pikirnya adalah :

Ada masalah terkait jam kerja --> dibuat TPA dengan harapan pegawai tidak pusing-pusing lagi mencari pengasuh -> pegawai dapat bekerja dengan nyaman karena tidak lagi terbebani dengan masalah pengasuhan anak --> tidak ada lagi masalah terkait jam kerja --> disiplin dan profesionalisme kerja meningkat.

Jadi, pada intinya, semangat budaya kerja tersebut mendasari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat mencapi tujuan yang ingin dituju. Dan hebatnya, kegiatan tersebut tidak hanya sekedar jalan saja, tapi bisa diukur dampak dan hasilnya. 

Contoh lain dari penerapan budaya kerja Jappa-Jappa, bahkan kagiatan dalam rangka penguatan pengawasan bisa dikemas dalam bentuk yang menyenangkan. Di perwakilan Sulsel, ada suatu kegiatan yang diberi nama Go-Silah (Gowes Silaturahmi). Acara ini dilakukan dalam bentuk bersepeda bersama mengunjungi rumah para pegawai. Apa istimewanya? Ternyata acara tersebut sejatinya diselenggarakan sebagai bentuk kegiatan Know Your Employee, yaitu untuk mengetahui lebih mendalam mengenai profil seorang pegawai. Dari kegiatan tersebut setidaknya manajeman dapat mengetahui kondisi keseharian pegawai, apakah kkurangan, atau bahkan sangat berlebih dibandingkan dengan profil pekerjannya. Ini tentunya bisa menjadi suatu redflag untuk para manajeman dalam menilai intergritas pegawai itu sendiri. Dari kegiatan tersebut ada dobel manfaat yang dapat dicapai, yaitu manajeman dapat mengetahui lebih jauh tentang pegawainya, dan pegawai yang didatangi akan mempunyai kebanggaan tersendiri yang akhirnya akan meningkatkan loyalitas pegawai kepada organisasi. 

Kembali ke pertanyaan awal, apakah budaya kerja sebuah solusi atau ilusi? Belajar dari perwakilan Sulsel, saya rasa hal tersebut kembali pada bagaimana cara kita memaknai budaya kerja itu sendiri. Dalam hal ini, pimpinan dan manajeman punya peran yang sangat penting, utamanya dalam menginisiasi dan menterjemahkan semangat budaya kerja dalam tindakan yang nyata. 

Oh ya,,kalau ada yang bertanya bagaimana jappa-jappa tersebut terinternalisasi pada pegawai di Pwk Sulsel, lihat saja pada setiap kegiatan yang melibatkan Perwakilan Sulsel. Terasa sekali kompaknya. Suporter garis kerasss!!!


Komentar